Sabtu, 06 Februari 2010

tepun tawar sui bundung

TRADISI TEPUNG TAWAR DI DESA SUNGAI BUNDUNG
A. Nama Tradisi:
Tepung tawar di desa Sungai Bundung
B. Sejarah Tradisi:
Dikalangan masyarakat islam di desa Sungai Bundung, melaksanakan upacara tepung tawar merupakan tradisi yang sudah lama dikenal sejak trun temurun tradisi ini masih bertahan sampai sekarang. Sejarah kapan munculnya tradisi tepung tawar tidak ada catatan atau sumber tertulis yang memuatnya. Namun yang pasti tradisi ini sudah sangat akrab dikalangan masyarakat desa sungai bundung. Pada zaman nabi istilah tepung tawar ini dikenal juga dengan istilah aqiqah. Karena tujuan aqiqah itupun untuk memeberikan nama seorang anak atau memotong rambutnya. Oleh sebab itu pelaksanaan tepungb tawar termasuk mengikuti perintah nabi dan bercampur dengan adat istiadat khususnya adat melayu yang dikenal dengan istilah tepung tawar.
C. Waktu Pelaksanaan:
Acara tepung tawar ini biasanya dilaksanakan pada usia 7,14,21,40 kelahiran bayi. Biasanya dimulai pada pukul 08.00 wiba. Tempat pelaksanaannya acara tepung tawar ini di rumah. Acara tepung tawar ini biasanya didalamnya ada acara serakalan, pemberian nama dan pemotongan rambut.
D. Pelaku:
Para undangan dari sanak keluarga, tetangga, tokoh agama dan tokoh masyarakat.
E. Bahan atau alat yang digunakan:
1. Tepung beras putih ( kasai ): maknanya niat suci untuk mendapat anak telah tercapai.
2. Air tolak bala : maknanya agar terhindar dari bala bencana.
3. Daun ribu-ribu: maknanya agar setelah melahirkan rumah tangga tetap kokoh.
4. Daun imbali(moli): maknanya yang luka akibat melahirkan kembali sembuh seperti sedia kala.
5. Daun enjuang(nyuang): maknanya symbol perjuangan maksud tersirat didalamnya adalah bahwa hidup ini penuh perjuangan.
F. Tata cara pelaksanaan:
Pelaksanaan acara tepung tawar ini biasanya dimulai dengan serakalan, pemberian nama dan pemotongan rambut. Kemudian dilanjutkan denggan acara bepapas. Dalam acara bepapas ini, pertama: digunakan tepung beras (kasai), langger dan dicampur dengan air tolak bala. Kemudian dimasukkan kedalam tempurung kelapa.
Kedua: daun enjuang (nyuang), daun imbali (moli) dan daun ribu diikat menjadi satu sebagai alat pemapas. Kemudian daun-daun tadi dicelupkan kedalam tempurung yang berisi tepung beras (kasai), langger dan air tolak bala.
Posisi ibu dalam keadaan duduk dan kakinya diluruskan kedepan, dan ibu dalam keadaan memangku anaknya. Kemudian ibu dipapas’e, dimulai dari kening, bahu kanan dan kiri, telapak tangan kanan dan kiri, lutut kanan dan kiri, dan kaki kanan dan kiri.


Sumber:
1. Siti Hajar (ibu rumah tangga)
2. Jumhur Huda,S.pdi (tokoh agama)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar